Kali ini saya lebih tertarik menulis dengan menggunakan tutur kata yang sopan.
Sekilas cerita, beberapa hari yang lalu saya baru saja mengunjungi salah satu SD di daerah Kabupaten Bandung bernama SDN Gunung Masigit, kunjungan saya ini bukan pertama kalinya, sebelumnya saya sudah mengunjungi beberapa SD di kabupaten Bandung. Tujuan saya kesana dalam rangka
mengamati fenomena pendidikan di Bandung dengan menggunakan sudut
pandang saya pribadi. Salah seorang teman saya sedang mengajar disana
untuk kurun waktu dua minggu. Di saat teman saya sedang melakukan
kegiatan belajar mengajar saya hanya duduk di depan kelas sambil membaca
kumpulan cerpen yang memang sengaja sudah saya siapkan jikalau saya ada
waktu luang, selain itu saya mengamati keadaan pembelajaran disana, jujur secara pribadi saya katakan kegiatan belajar mengajar disana sangat kurang efektif, bayangkan saja satu kelas dihuni oleh lebih dari 80 siswa dan
bisa dibayangkan "seorang" guru menangani murid sebegitu banyaknya dan lebih dari 10 siswa belajar tanpa menggunakan meja belajar cuma
duduk di lantai :( coba bayangkan bagaimana perasaan mereka saat
melihat teman2nya yang belajar diatas meja, kelas yang saya amati adalah kelas 3, saya salut sama semangat belajar mereka walaupun fasilitas belajar disana jauh dari kata "baik", pakaian lusuh yang mereka kenakan, bahkan sebagian dari mereka masih memakai sandal jepit untuk pergi ke sekolah.
Kiranya, masih banyak SD di negeri ini yang mengalami masalah serupa. Setelah sekitar dua jam lebih menunggu tiba-tiba datang
kepada saya seorang bapak-bapak menggunakan pakaian dinas hijaunya namanya adalah Pak Yanyan. Beliau menyapa saya
dengan air wajah keramahan, orang-orang desa yang membuat saya menjadi
tidak canggung namun tetap menaruh rasa hormat. Setelah saya
memperkenalkan diri kemudian beliau bercerita tentang pengalamannya
setelah berprofesi sebagai guru selama 25 tahun lebih. Pada mulanya beliau
mengajar di daerah gunung halimun, namun udara disana sangat dingin dan tidak
cocok dengan kondisi beliau, apalagi beliau harus berjalan berkilo-kilo
meter untuk bisa sampai ke sekolah. Beliau bercerita tentang anak-anak
sekolah yang berseragam lusuh, memakai sandal, dan hanya membawa satu
buku tulis dan satu pensil. Kemudian diceritakannya tentang kehidupan
sosial orang-orang desa yang erat dengan persaudaraan dan gotong
royong. Betapa saya menikmati cerita-ceritanya yang menggugah, beliau
begitu bersemangatnya dalam berbagi pengalaman-pengalaman hidup dengan
saya. Namun beliau sudah harus segera ke kelas karena kegiatan belajar
mengajar memang belum selesai. Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih
atas kesediaannya berbincang dengan saya.
|
1 kelas 80 siswa lebih |
|
becanda sepulang sekolah (bahagia itu sederhana bukan?) |
|
kamera tetap menjadi pusat perhatian |
|
lebih dari 10 siswa belajar tanpa menggunakan meja |
|
bersih2 sepulang sekolh, cantik yaa calon mojang bandung |
|
dalam kelas pun kamera memang selalu jadi pusat perhatian |
|
lagi2 kamera menarik perhatian hehee
ga sengaja ketemu pas di jalan pulang, lucu ekspresinyaa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar