Halo, kamu. Iya Kamu.
Mungkin kita pernah pacaran. Atau mungkin juga kamu mantan pacarnya temen aku. Atau aku mantan pacarnya temen kamu. HAH! SKIP. Bisa jadi saat ini kamu sedang duduk di bangku kuliah, atau sedang berkutat dengan seabrek pekerjaan dimeja kantor, atau bahkan sedang membaca tulisan ini. HEHE
Aku tau aku bukan siapa siapa sebelumnya. Tapi semenjak memutuskan untuk mendampingimu, aku siap jadi siapa siapa kok.Bukan
siapa siapanya orang lain. Tapi siapa siapanya kamu. Jadi orang yg ada di sebelah kamu
setiap kamu bangun tidur. Jadi orang yg selalu disebut sama anak
kita saat dia dapet prestasi di sekolah "aku kan anak papa mama!".
Aku mungkin belum tahu sosokmu seperti apa, namun bagaimana pun kamu
kelak, insyaAllah aku bisa jadi pendamping yang baik untuk kamu dan ibu yang baik untuk anak-anak kita.Yang
selalu dengerin keluh kesah kamu di kantor, yang menyambut kamu dengan
pakaian rapi dan sedikit sapuan make up tipis di wajah, sambil
mengendong si dedek di depan pintu.
Mungkin bisa jadi aku adalah
sosok yang tidak kamu harapkan, atau sosok yang tidak kamu impikan, atau
bahkan sosok yang tidak pernah sebelumnya kamu bayangkan. Namun, aku
takkan mengubah sedikit pun sifat yang membuatmu "jatuh cinta".
Hingga kamu akan selalu berulang kali jatuh pada cinta yang sama. Aku akan tetap berusaha menjadi wanitamu yang cantik lahir batin, menjadi wanita yang punya daya juang hidup untuk kamu, anak-anak dan keluarga kita.
Nanti
setiap sholat aku akan berada satu syaf di belakangmu bersama anak
kita. Setidaknya jika anak kita belum mengerti, kita telah mengajarinya untuk
memulai hal yang baik dari sebuah agama. Kita didik anak kita dengan segala hal yang positif, agar tumbuh menjadi anak yang bijaksana, agar kelak setelah dewasa nanti dia tau mana yang salah dan mana yang benar. kita dampingi anak kita dengan kasih sayang, agar anak kita tumbuh menjadi anak yang penuh cinta dan mereka yang berada di sekelilingnya akan betah bersandar. Kita kasih pendidikan terbaik untuk anak kita, agar anak kita tumbuh menjadi anak yang cerdas dan masa depannya cerah bersinar.
Sayang, Jika aku melakukan
kesalahan. Mohon maklumi, karena aku adalah wanita, yang kamu sendiri
tahu emosi seperti roller coaster yang naik turun tak kenal henti. Namun
satu yang harus kamu tahu, pelukanmu adalah obatku.
Aku dan kamu adalah puing-puing dari masa
lalu. Bagaimana pun masa lalu kita, kita akan bangun masa depan indah yang
tak mudah menjadi semu.
Sampai bertemu di satu waktu, kamu! :")
your future wife, Resya :)
I write for me. Not for you, not for him, not for them. If it brings you any joy, any sadness, anything that you feel while reading my blog, it's up to you.
Selasa, 28 Juli 2015
Kamis, 09 Juli 2015
The Girl Who Can’t Break Up, The Boy Who Can’t Say Good Bye
Menulis histori 2 hari yang lalu..ya begitulah..
“Kita mau bagaimana ?”, tanyaku. Dan tentu saja jawabanmu bingung dengan setengah diam. Sebisa mungkin kusembunyikan mataku saat itu, agar kamu tidak bisa melihat mataku yang sudah memerah.
Setelah itu, aku menghargai kita berdua akhirnya berani jujur soal perasaan.
Aku mulai mengetahui bahwa kita berdua bukan orang yang saling jatuh cinta.
Kamu mengakui itu, aku pun sama.
“Kita mau bagaimana ?”, lagi-lagi aku mengulang pertanyaan yang sama. Wajar saja, karena memang aku butuh kepastian.
Dalam keadaan nahan nangis aku memberanikan untuk menatapmu. Meskipun aku tau air mataku sudah menggenang walaupun sudah mati-matian aku tahan. Aku melihatmu, aku tidak pernah melihatmu dalam keadaan diriku lagi kacau. Siapapun boleh menangis kan? sekalipun terjadi di depan orang yang kita sayang..
“Tidak ada apa-apa, kita tidak harus bagaimana-bagaimana”, seolah-olah jawabanmu seperti itu.
Ada sedikit reaksi heran yang tergambar dari raut wajauhku, namun kamu sudah mengenalku cukup baik untuk bisa menangkap bahwa aku pun terpaksa setuju dengan jawabanmu.
Sudahlah, memang rasanya tidak ada yang perlu berubah.
Dari kejadian ini aku dapet sesuatu, ternyata kita bukan orang yang saling jatuh cinta, tapi kita menolak untuk saling meninggalkan. seperti itu kan yang kamu rasakan??
Kita akan tetap baik-baik saja jika kita tetap bersama. Entah apa alasannya, aku pun tidak tau jika diminta untuk menjawab. Dan aku rasa kamu pun sama.
Mungkin, karena aku dan kamu masih belum siap mengucapkan selamat tinggal.
Entah kapan kita akan siap untuk hari perpisahan itu.
Yang jelas, tidak hari ini.
Tapi suatu saat mungkin akan ada yang sengaja ninggalin, mungkin ada yang terpaksa harus pergi, mungkin ada yang sudah waktunya pergi. Takdir.
Hari itu kamu bilang aku lagi drama dengan airmata yang sama sekali tidak dibuat2..aku bukan orang yang jago memerankan peran, aku ga ambil pusing apapun pandanganmu.
dan pada akhirnya tulisan ini kembali ke judul "The Girl Who Can’t Break Up, The Boy Who Can’t Say Good Bye" haha
“Kita mau bagaimana ?”, tanyaku. Dan tentu saja jawabanmu bingung dengan setengah diam. Sebisa mungkin kusembunyikan mataku saat itu, agar kamu tidak bisa melihat mataku yang sudah memerah.
Setelah itu, aku menghargai kita berdua akhirnya berani jujur soal perasaan.
Aku mulai mengetahui bahwa kita berdua bukan orang yang saling jatuh cinta.
Kamu mengakui itu, aku pun sama.
“Kita mau bagaimana ?”, lagi-lagi aku mengulang pertanyaan yang sama. Wajar saja, karena memang aku butuh kepastian.
Dalam keadaan nahan nangis aku memberanikan untuk menatapmu. Meskipun aku tau air mataku sudah menggenang walaupun sudah mati-matian aku tahan. Aku melihatmu, aku tidak pernah melihatmu dalam keadaan diriku lagi kacau. Siapapun boleh menangis kan? sekalipun terjadi di depan orang yang kita sayang..
“Tidak ada apa-apa, kita tidak harus bagaimana-bagaimana”, seolah-olah jawabanmu seperti itu.
Ada sedikit reaksi heran yang tergambar dari raut wajauhku, namun kamu sudah mengenalku cukup baik untuk bisa menangkap bahwa aku pun terpaksa setuju dengan jawabanmu.
Sudahlah, memang rasanya tidak ada yang perlu berubah.
Dari kejadian ini aku dapet sesuatu, ternyata kita bukan orang yang saling jatuh cinta, tapi kita menolak untuk saling meninggalkan. seperti itu kan yang kamu rasakan??
Kita akan tetap baik-baik saja jika kita tetap bersama. Entah apa alasannya, aku pun tidak tau jika diminta untuk menjawab. Dan aku rasa kamu pun sama.
Mungkin, karena aku dan kamu masih belum siap mengucapkan selamat tinggal.
Entah kapan kita akan siap untuk hari perpisahan itu.
Yang jelas, tidak hari ini.
Tapi suatu saat mungkin akan ada yang sengaja ninggalin, mungkin ada yang terpaksa harus pergi, mungkin ada yang sudah waktunya pergi. Takdir.
Hari itu kamu bilang aku lagi drama dengan airmata yang sama sekali tidak dibuat2..aku bukan orang yang jago memerankan peran, aku ga ambil pusing apapun pandanganmu.
dan pada akhirnya tulisan ini kembali ke judul "The Girl Who Can’t Break Up, The Boy Who Can’t Say Good Bye" haha
Langganan:
Postingan (Atom)